Rabu, 12 Maret 2014

Nonton di Pengajian

At-Taqiyyan, 01 Maret 2013
Belajar atau mengajar di Taman Kanak-kanak atau Taman Pendidikan Al Quran menjadi nafas segarku setiap senin sampai jumat. Sedangkan sisanya, ya, cukup membuat agak penat. Kuliah atau kuli-ah.
Hari ini, rasa sayangku meruah. Merasa takan pernah menghentikan usaha ini, ya, usaha untuk mengerti jiwa-jiwa anak. Artinya mengerti juga jiwa-jiwa manusia yang pernah menjadi anak-anak.
Anak tumbuh dan berkembang tidak sama. Sifat dan warna mereka sangat beragam. Keinginan mereka. Sungguh syurga mimpi hingga menguras perhatian. Bersama mereka membuatku merasa cukup untuk bermimpi.
Dan beginilah cerita hari ini:

Raka, anak yang hiperaktif itu menunjukan kebolehannya dalam berolah raga. Sejak berdiskusi dengan Sang Bunda tentang kelebihan energy yang dimilikinya, akhirnya dia ikut pelatihan badminton di luar sekolah. Lalu kuberi dia kesempatan berlaku sebagai pelatih di lapangan pagi ini. Dia sangat gembira begitupula aku dan teman-temannya.
Kuakui, sebelumnya aku tak pernah tahu tentang jenis-jenis gerakan dalam bermain badminton. Yang terpikir hanyalah bagaiamana caranya supaya “kok” tidah jatuh di area. Dan kini aku tahu melalui guru kecilku, Raka, si anak yang dulu terkenal dengan cap “nakal-pemarah”. Terima kasih, ya, sayang.
Kelas sore: hari Jumat biasanya diisi dengan berkreasi tapi hari ini aku memberikan sesuatu yang berbeda. Sebuah Film documenter_Cut Nyak Dhien. Tahu apa jawabanku terhadap pertanyaan ini: Memangnya boleh di pengajian kita menonton?
“Boleh, karena film yang kita tonton adalah documenter para pejuang Islam. Inilah sejarah yang disajikan dalam bentuk tontonan.”
Memangnya boleh di Bumi Allah kita menonton bebas? (hatiku balik bertanya, mengingat mereka di rumah masing-asing juga suka nonton drama hehe.)
Usai menonton dan sedikit melakukan demonstrasi, aku memberikan tugas ini:
Tuliskanlah apa yang ingin dilakukan jika aku menjadi pejuang Allah!
Akhirnya, aku menemukan tulisan salah satu anak yang cukup mencuri perhatianku dan aku ketik di sini J
“Saya ingin membela Allah dan saya tidak mau dijajah. Lebih baik saya mati syahid. Saya ingin membela kebenaran. Saya ingin disayang Allah dan saya ingin masuk syurga, tidak mau masuk neraka. Saya akan membela pasukan Muslim. Saya ingin benar-benar membela pasukan Muslim. Allohu akbar!” tulis Putri Nabila, kelas 2 SD dalam bukunya.
Lalu, tanggal 4 Maret 2013, setelah libur dua hari anak-anak di kelas tingkat akhir (kelas 6 SD/TPA B) menulis begini di buku PR-nya:
“Aku akan membela kebenaran dan berjihad dengan sepenuh hati sampai titik darah penghabisan. Mengorbankan segala sesuatu karena Allah dan mengatakan kebenaran walaupun itu sangat pahit.” Siti Fadila Nisa.

Jika dari tontonan saja dapat memacu semangat jihad seperti itu. Kenapa masih ada yang men-cap haram sebuah aktifitas menonton film?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar